Tuesday 16 February 2016

Refleksi Keragaman Batik

BATIK sebagai kekayaan budaya Indonesia ternyata memiliki motif yang beragam, dari daerah di Indonesia.
Memperingati Hari Batik Nasional pada 2 Oktober mendatang, tujuh figur creative council yang berkolaborasi dengan Guinness mempresentasikan gaya batik sesuai dengan style dan karakter masing-masing. Para anggota creative council, yakni sutradara Joko Anwar, legenda visual artUji Hahan, Veroland (sosok kreatif, desainer, dan produsen motor besar), musisi berbakat kelompok Jogja Hip Hop Foundation,blogger Triski Nurani, chef kreatif Andrian Ishak dan pakar mode dan gaya Lilian Ng.
Nantinya pada 2 Oktober diadakan acara puncak dan creative council tersebut akan menampilkan karyakarya mereka sesuai dengan profesi masing-masing. “Batik merupakan refleksi keragaman masyarakat Indonesia. Dan batik itu sebagai simbol ekspresi yang unik dari Unity in Diversity,” kata Graham Villiers- Tuthill, Guinness Representative to Indonesia, saat konferensi pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Saat konferensi pers, Guinness juga meluncurkan kampanye “Together We are More” dengan merayakan Hari Batik Nasional bersama legenda visual-artUji Hahan. Uji Hahan yang ditemui wartawan saat konferensi pers mengatakan dirinya telah mempresentasikan untuk memberi arti baru pola batik yang ikonik yang lebih mendalam terhadap makna di balik pola batik.
Hahan menciptakan enam desain batik yang masing-masing terinspirasi oleh asal-usul etnik, ditambah nilainilai personal diinspirasi oleh tradisi dan simbol lokal. Keenam desain batik tersebut mewakili enam pulau besar di Indonesia, yakni Jawa, Bali, Papua, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Keenam motif batik karya Hahan tersebut adalah The Dreamer yang merupakan hasil kreasi dari batik Mega Mendung asal Jawa, kemudian The Jokeryang mengambil motif batik asal Jambi, Sumatera. Lalu, The Adventurer yang merupakan motif batik yang terinspirasi dari ukiran patung Asmat, Papua, yang keempat The Guardian yang merupakan kreasi dari motif batik benang bintik asal Kalimantan.
Kelima, The Rebel yang merupakan hasil kreasi batik Bali bermotif Singa Barong. Terakhir, The Magnetyang terinspirasi dari ukiran khas Toraja, Sulawesi. Enam desain epik masingmasing terinspirasi oleh asal-usul etnik ditambah nilai-nilai personal diinspirasi oleh tradisi dan simbol lokal.
“Menandakan individualisme Anda adalah sebuah alat sosial, juga merayakannya sebagai bagian dari sebuah kelompok yang lebih besar. Semua ini adalah bentuk nyata dari ‘Unity in Diversity’,” imbuh Graham yang mengatakan Hari Batik Nasional yang dirayakan Guinness merupakan bagian dari kampanye “Together We Are More” sebagai perayaan makna Unity in Diversity.
Hahan menuturkan, dalam waktu tiga bulan bersama tim melakukan riset untuk mencari tahu lebih jauh karakteristik batik masing-masing daerah. Menurut dia, tantangan terbesar dalam membuat desain batik ini adalah adanya beberapa batik yang memiliki filosofi dan makna yang sudah sangat sakral untuk masyarakat setempat sehingga sangat sulit untuk dikombinasikan dengan batik motif lain.
“Keenam motif ini adalah hasil negosiasi saya dari motif-motif yang sudah ada. Namun, sebisa mungkin saya tidak menghilangkan makna dari motif aslinya. Jadi, saya berusaha menyeimbangkan dengan semangat sekarang,” ujar Hahan.
Motif batik hasil kreasi Hahan ini sudah bisa diakses dalam bentuk aplikasi di www.facebook .com/guinness indonesia. “Uji Hahan adalah sosok yang natural untuk menginterpretasikan pola-pola yang ada,” papar Graham.
(fik)
sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2015/09/30/194/1223612/refleksi-keragaman-batik

No comments:

Post a Comment