Monday 25 January 2016

Batik Sudagaran dan Batik Petani

Oleh: Sardi, Drs., M.Pd. (Editing 23 September 2014)
1.     Batik Sudagaran:
Ketika pengguna batik meluas ke luar tembok kraton, timbulah yang disebut “batik sudagaran” dan “batik petani”. Kedua jenis batik ini bertolak dari batik kraton, tetapi kemudian berkembang secara terpisah dalam pengaruh lingkungan masing-masing. “Batik Sudagaran”  adalah wastra (sandangan atau jarit) batik yang dihasilkan oleh kalangan saudagar batik, polanya bersumber pada pola-pola batik kraton, baik pola larangan maupun pola batik kraton lainnya, yang ragam hias utama serta isenpolanya digubah sedemikian rupa sesuai dengan selera kaum saudagar. Sedang batik petani merupakan hasil karya perajin yang tinggal dipedesaan.
 Adanya pola larangan mendorong para seniman batik di lingkungan kaum saudagar menciptakan pola-pola baru sesuai dengan selera masyarakat saudagar atau mengubah pola larangan sedemikian rupa sehingga pola-pola tersebut dapat dipakai oleh masyarakat umum. Mereka mengubah pola batik kraton-batik kraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisi latar dengan cecek atau bentuk isen lain hingga tercipta batik saudagaran yang indah. Dikawasan kraton Surakarta, misalnya, pola-pola parang ditambah dengan ragam buket, buntal, atau ragam hias lain (gb. 45, dan gb. 46).
Gambar 45 : Pola Parang Kesit Lung-lungan | Kelompok Pola : Parang | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Sudagaran | Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:130).
Gambar 46 : Pola Parang Kesit Buntal | Kelompok Pola : Parang | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Sudagaran | Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:130).
Pengubahan dapat pula dengan menghilangkan mlinjon dan menggantikannya dengan bunga-bunga kecil atau ragam hias lain. Pengubahan pola parang di kawasan kraton Yogyakarta dilakukan dengan penambahan pola lain, misalnya pola nitik, yang ditata sejajar dengan parang-nya. Pola parang yang ‘disisipi” pola nitik tersebut melahirkan Parang Seling Nitik (gb. 47) dan Winarnan (gb. 48).
Gambar 47 : Pola Parang Gendreh Seling Nitik | Kelompok Pola : Parang | Daerah : Yogyakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Sudagaran | Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:130).
Gambar 48 : Pola Winarnan | Kelompok Pola : Lerang | Daerah : Yogyakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Sudagaran | Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:130).
Pada awalnya batik sudagaran hanya mengubah batik pengaruh kraton dengan mengubah isen, ragam hias, ataupun menambah dan/atau mengurangi/menghilangkan bagian-bagian tertentu pola larangan. Pada tahap perkembangannya, lebih kurang akhir abad ke-19, terlihat pengaruh batik pesisiran yang mewarnai wajah batik sudagaran pada periode tersebut. Ciri-ciri “batik Belanda” dan “batik China” pun mulai tampak. Para saudagar memadukan pola buketan, buntal, atau keong (paisley) dan warna-warna cerah yang serasi dalam batik Belanda dengan pola-pola larangan sehingga tercipta pola baru. Batik-batik sudagaran juga muncul dengan warnabereman (biru muda) pada isen-nya (gb. 49) dan soga cokelat muda. Pengaruh batik China yang terkenal halus dengan “warna-warna berani” pada batik sudagaran dapat dilihat pada batik “tiga negeri” (gb. 50, gb. 51, dan gb. 52), yaitu batik yang dibuat di tiga daerah dan memiliki kekhasan warna-warna tertentu.
Gambar 49 : Pola Bunga | Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Sudagaran Pengaruh Belanda | Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:133).
Gambar 50 : Pola Buketan Isen Latar Kawung dan Parang | Kelompok Pola : Ceplok dan Parang | Daerah : Lasem, Kudus, Yogyakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Sudagaran Pengaruh Batik China, Kain tiga negeri, pagi-sore Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:134).
Gambar 51 : Pola Lereng Buket | Kelompok Pola : Lereng | Daerah : Lasem, Kudus, Banyumas | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Sudagaran Pengaruh Batik China, Kain tiga negeri, pagi-sore Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:134).
Gambar 52 : Pola Lung-lungan Latar Ukel | Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Lasem, Kudus, Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Sudagaran Pengaruh Batik China, Kain tiga negeri, ikat kepala Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:135).
Warma merah khas buket-nya, yakni merah mengkudu dibuat di daerah Lasem, warna biru muda dibuat di Kudus atau Pekalongan, sedang warna soga untuk isen latar dikerjakan di Surakarta, Yogyakarta, atau Banyumas. Isen latar batik tiga negeri biasanya terdiri atas pola parang dan pola-pola kelompok geometri, antara lain kawungceplok, atau ragam hias ukel. Sarung tiga negeri (gb. 53) sangat digemari oleh masyarakat Belanda dan China di Jawa, bahkan masyarakat Melayu di Sumatera dan Malaya pun menyukainya.
Gambar 53 : Pola Lung-lungan Latar Ukel | Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Lasem, Kudus, Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Sudagaran Pengaruh Batik China, Sarung tiga negeri kepala tumpal Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:135).
Ketersediaan tenaga kerja dalam jumlah banyak mendorong para saudagar membuat batik secara padat karya. Penataan pola dalam bentuk “pagi-sore” dengan isen latar yang sangat halus seperti pada batik Djawa Hokokai juga muncul pada batik sudagaran. Ragam hias menyusun pola baru diisi dengan berbagai jenis isen batik yang rumit dan penuh dengan cecek seperti yang terlihal pada “batik Stoppres” atau Klowong Cecek (gb. 54, dang b. 55). Pola-pola yang terkenal pada saat itu adalah Alas-alasan antara lain Alas-alasan Kupu (gb. 56), dan Sato Wana (gb 57), Buron Samodra (gb. 58) dan Urang Watang (gb. 59).
Gambar 54 : Pola Lung-lungan Merak | Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Sintetis | Jenis batik : Sudagaran pengaruh stoppres (klowong cecek) Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:136).
Gambar 55 : Pola Kakrasana Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Sintetis | Jenis batik : Batik Sudagaran, batik stoppres. Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:136).
Gambar 56 : Pola Alas-alasan Kupu Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Sudagaran. Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:137)
Gambar 57 : Pola Alas-alasan Buron Wana Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Sudagaran. Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:137)
Gambar 58 : Pola Alas-alasan Buron Samodra Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Sudagaran. Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:138-139)
Gambar 59 : Pola Urang Watang Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Sudagaran. Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:139)
Suasana tenteram dan damai sesudah perang Dunia II sekitar tahun 1950-an memberi kesempatan kepada para saudagar untuk menciptakan pola batik dengan isen pola dan isen latar yang berbeda dengan sebelumnya. Isen berupa cecek diatur berderet sangat dekat sedemikian rupa dan ditata pada latar pola atau bahkan pada polanya. Isen cecek semacam ini disebut cecek tetel atau cecek dhempel, yang di Pekalongan disebut cecek banyu mili (seperti air mengalir). Pola batik dengan isen cecek tetel dikenal dengan nama Batik Tribusana (gb. 60), suatu nama yang diambil dari nama perusahaan yang pertama kali membuatnya. Batik-batik dengan klowong cecek juga masih dibuat pada masa kini, tetapi penampilannya agak berbeda, yakni dengan pola dibiarkan kosong tanpa isen denganklowong cecek di atas latar biru wedelan. Batik jenis ini disebut batik gedhong kosong (gb. 61). 
Gambar 60 : Pola Sawat Rinengga Kelompok Pola : Lung-lungan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Sintetis | Jenis batik : Batik Sudagaran ; Tribusana. Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:140)
Gambar 61 : Pola Parang Sekar Pisang seling lereng stoppres Kelompok Pola : Parang | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Sintetis | Jenis batik : Batik Sudagaran gedhong kosong. Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:140)
Perkembangan zaman yang menuntut efisiensi dan didukung oleh perkembangan tehnologi melahirkan zat warna kimia, biasa disebut zat warna sintetis. Penggunaan pewarna kimia pun cepat merambah ke masyarakat saudagar batik. Jenis warna yang semula sulit atau tidak mungkin dibuat dengan zat warna alami dapat diperoleh dengan mudah berkat adanya zat warna sintetis. Dampak dari hal ini adalah warna biru wedelan (biru indigo) dapat diganti dengan hijau tua atau ungu tua dan merah maroon, sedang isen latarnya tampil dengan cecek tetel (gb. 62). Jenis batik ini disebut batik gendala giri (gb. 63).
Gambar 62 : Pola Lereng dan Buketan Kelompok Pola : Lereng dan Buketan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Sintetis | Jenis batik : Batik Sudagaran kain pagi - sore. Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:141)
Gambar 63 : Pola Buketan isen latar Parang dan Kawung Kelompok Pola : Buketan | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Sintetis | Jenis batik : Batik Sudagaran genhala giri Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:141)

2.     Batik Petani atau Batik Pedesaan:
“Batik Petani” atau “batik pedesan” adalah batik yang digunakan oleh kaum petani setelah pemakaian batik sebagai busana menembus tembok kraton dan merambah masyarakat pedesan. Warna batik petani dari pedalaman terdiri atas biru, soga, dan putih; sedangkan warna batik petani dari daerah pesisir sangat beraneka ragam seperti batik-batik pesisiran yang lain. Tumbuhnya batik petani dapat dikatakan bersamaan dengan kehadiran batik sudagaran, yakni saat batik mulai diminati masyarakat di luar tembok kraton. Mereka menampilkan pola-pola batik kraton dengan lebih sederhana dan dipadukan dengan ragam hias yang diambil dari alam pedesaan. Pola yang berasal dari batik kraton biasanya ditata sebagai pola dasar, kemudian ragam hias tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, atau burung-burung diletakkan tersebar pada tempat tertentu. Masing-masing tempat menampilkan pengaruh lingkungan, karena lingkungan sangat mewarnai perwujudan batik petani. Batik yang berkembang di daerah Surakarta dan Yogyakarta menunjukkan pengaruh pola batik kraton disamping ragam hias seperti tumbuh-tumbuhan, satwa, dan bunga-bunga yang mencerminkan nuansa pedesaan di pedalaman.
Menurut H. Santoso Doellah (2002, 127), pembuatan batik petani di daerah Surakarta sangat luas, antara lain di Bayat-Klaten, Pilang-Sragen, Matesih-Karang Anyar, dan Bekonang-Sukoharjo. Batik petani di Bayat selalu menampilkan pola dengan isen ukelsebagai latarnya. Adapun pola pokoknya berupa buketan, buntal, atau pola-pola yang memperlihatkan adanya pengaruh kraton, seperti Sidomukti (gb. 64) dan pola ceplok, serta pola batik pengaruh kraton lain, seperti Semen Rante (gb. 65), serta semen lainnya. 
Gambar 64 : Pola Sidamukti Kelompok Pola : Ceplok | Daerah : Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:144)
Gambar 65 : Pola Semen Rante Kelompok Pola : Semen Daerah : Surakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:144)
Di Yogyakarta juga terdapat batik petani, terutama di Desa Sanden dan Wijirejo di Kabupaten Bantul. Batik petani di daerah ini terkenal dengan nama “batik rinen”, istilah ‘rinen” berasal dari kata Rini. Pola batik kraton seperti Udan Liris dan Parang, isen latar limaran (gb. 66) Blarak Sairid, dan bahkan pola Sekar Jagad yang dipadu dengan ragam hias buketan atau lung-lungan (gb. 67) merupakan pola serta ragam hias yang sering dijumpai pada batik petani dari desa-desa ini. Batik dari daerah Kapupaten Bantul disebut juga Batik Kidulan karena letak geografis Kabupaten Bantul berada di sebelah selatan (Jawa: kidul) Kraton Yogyakarta. Sementara itu batik petani di Banyumas hadir dengan pola yang sangat terbatas, antara lain Lumbon atau Jahe Srimpang yang dibuat tanpa ragam hias sawat, Srikaton (gb. 68) dan parang Gendreh Glebag dengan Lung-lungan (gb. 69 dan 70).
Gambar 66 : Pola Lung-lungan isen latar limar Kelompok Pola : Lung-lungan Daerah : Yogyakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani, sarung Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:145)
Gambar 67 : Pola Sekar Jagad Kelompok Pola : Ceplok Daerah : Yogyakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:145)
Gambar 68 : Pola Sidamukti Yogyakarta Kelompok Pola : Semen Daerah : Yogyakarta | Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:146)
Gambar 69 : Pola Srikaton Kelompok Pola : Lung-lungan Daerah : Banyumas Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:146)
Gambar 70 : Pola Parang Gendreh Glebag Kelompok Pola : Parang Daerah : Banyumas Zat Warna : Sintetis | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:147)
 Menjelang abad ke-5, para pedagang China diperkirakan masuk ke Singasari dan majapahit dengan terlebih dahulu berlabuh di Tuban. Karena itulah pengaruh China tampak nyata pada batik petani di Tuban; dari ragam hias burung phoenix, bunga celuki yang di daerah Tuban disebut kembang waluh, sampai bentuk tumbuhan dan satwa yang disusun seperti dalam gaya seni lukis China. Ada dua macam batik Tuban, yakni batik di atas kain tenun putih gedhog dan batik di atas kain tenun gedhog bergaris tegak atau pun mendatar. Pola-pola batik jenis pertama antara lain Tluki (gb. 71), Guntingan (gb. 72), dan Ceplok (gb. 73), sedangkan pola batik jenis kedua misalnya Kijing Miring dan Krompol Tutul Sanga. Sebagian besar batik Tuban pada masa lalu berbentuk jarit dan selendang (gb. 74).
Gambar 71 : Pola Tluki (Celuki) Kelompok Pola : Lung-lungan Daerah : Tuban Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:148)
Gambar 72 : Pola Guntingan Kelompok Pola : Lung-lungan Daerah : Tuban Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani; selendang Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:148)
Gambar 73 : Pola Ceplokan Kelompok Pola : Ceplokan Daerah : Tuban Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:148)
Gambar 74 : Pola Ceplokan Kelompok Pola : Ceplokan Daerah : Tuban Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani, selendang Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:149)
Sebaran batik petani lainya adalah di daerah Tulungagung dan sekitarnya, meliputi Trenggalek, Ponorogo, dan Pacitan di jawa Timur merupakan kawasan penghasil batik petani yang terkenal, dengan pola batik mengacu pada batik Surakarta. Pola parang dan buketan dan burung-burung yang mereka hasilkan seperti pada batik petanin di Bayat, hanya saja warna soga-nya berbeda (gb. 75). Soga pada batik Tulungagung lebih gelap dan batiknya pun tidak begitu halus. Batik Tulungagung juga sering menggunakan polakawunggebyar, dan limaran; atau ragam hias isen seperti galaran, sirapan, dari bentuk genting sirap, dan gringsing.
Gambar 75 : Pola Lung-lungan Merak Kelompok Pola : Lung-lungan Daerah : Tulungagung Zat Warna : Sintetis | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:149)
Indramayu merupakan daerah batik Dermayon yang sebagian besar penduduknya China dan oleh karenanya menghadirkan pengaruh budaya China pada batik Lasem. Batik Dermayon diperkirakan berasal dari Lasem, Pengaruh Lasem juga muncul pada batik petani Indramayu. Latar batik Indramayu pun diisi dengan cocohan ‘titik-titik berwarna’ seperti halnya batik Lasem. Pola-pola batik petani Indramayu antara lain Ganggeng Iwak Entong dan Urang Ayu (gb. 76).
Gambar 75 : Pola Ganggeng Urang Ayu Kelompok Pola : Lung-lungan Daerah : Indramayu Zat Warna : Nabati | Jenis batik : Batik Petani Koleksi/Sumber : (Doellah, 2002:150)

Daftar Pustaka
Doellah, H. Santosa. (2002). Batik Pengaruh Zaman dan Lingkungan. Solo: Penerbit Danar Hadi.

sumber : http://www.s-ardi-indigo-batik.com/index.php/artikel/artikel-batik/50-batik-sudagaran-dan-batik-petani

1 comment:

  1. Terimakasih penjelasannya sayang sekali gambarnya sudah tidak bisa dilihat

    ReplyDelete